Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menerangkan dalam firman-Nya tentang ciptaan-Nya yang terdiri atas dua jenis manusia yang berbeda kelamin ,yaitu laki-laki dan perempuan,mereka diberi peluang untuk saling kenal mengenal,mencari jodoh untuk membina keluarga sebagai pasangan suami istri untuk membangun rumah tangga. Kemudian Allah subhanahu wa Ta’la meningkatkan kualitas perkenalan itu dengan saling berjodohan. Maka,menjadi pasangan suami istri yang sah melalui akad nikah dan ijab Kabul,untuk membangun dan membina sebuah rumah tangga.
Mungkin kebanyakan orang memahami nikah hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan biologis saja. Padahal kalau menurut pandangan islam nikah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis saja,namun ada hal lain yang lebih penting dari hal itu,yaitu menjalankan sunnah Rasulullah s.a.w.
Allah dan rasulullah s.a.w, sejak dini (awal) telah mendorong dan memberi petunjuk serta tuntunan sunnah agar pemuda segera berkeluarga, melaksanakan pernikahan dan perkawinan, sesuai dengan syariat islam dan UUD yang berlaku pada masyarakat dan bangsa.
Petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan sunnah Rasulullah telah sangat jelas menuntun ummatnya membangun keluarga mawaddah wa rahmah (hidup bahagia dengan landasan cinta dan kasih sayang). Untuk merealisasikan hal tersebut perlulah kita mengetahui apa saja yang perlu kita perhatikan dalam hal pernikahan seperti larangan nikah muth’ah,bagaimana memilih calon isteri,bagaimana seandainya orang tua yang mencarikan suami untuk anaknya,mahar, dan wali dalam pernikahan tersebut.
Betapa pentingnya menikah,mahar,dan wali dalam pernikahan serta bagaimana caranya memilih calon isteri dan bagaimana seandainya orang tua yang mencarikan suami untuk anaknya inilah yang selanjutnya akan kami bahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Nikah sebagai Sunnah Rasulullah SAW (LM. 885)
حديث انس بن مالك رضىالله عنه, قال : جاء ثلاثة رهط الى بيوت ازواج النبى صلىالله عليه وسلم يسا لون عن عبادة النبي صلىالله عليه وسلم, فلما اخبروا كا نهم تقا لوها, فقالوا : و اين نحن من النبي صلى الله عليه و سلم, قد غفر له ما تقدم من ذنبه وما تاخر : قال احد هم : اما انا فاني اصلى الليل ابدا : و قال اخر : انا اصوم الدهر و لا افطر :
و قا ل اخر : انا اعتزل النساء فلا اتزوج ابدا . فجاء رسول الله صلى الله عليه و سلم, فقا ل : (( انتم الذين قلتم كذا و كذا : اما و الله اني لاخشا كم لله و اتقا كم له, لكني ا صوم و افطر, و اصلى و ارقد, و اتزوج النساء : فمن رغب عن سنتي فليس مني )) .
اخرجه البخاري في :67 - كتاب النكاح : 1- باب الترغيب في النكاح.
Anas bin Malik r.a. berkata : Datang tiga orang ke rumah isteri Nabi saw. Untuk menanyakan ibadat Nabi saw. Kemudian sesudah diberitahu mereka anggap sedikit , tetapi mereka lalu berkata : Dimanakah kami jika disbanding dengan Nabi saw. Yang telah diampuni semua dosanya yang lalu dan yang akan datang. Lalu yang satu berkata : saya akan bangun semalam suntuk shalat untuk selamanya. Yang kedua berkata : aku akan puasa selama hidup dan tidak akan berhenti. Ketiga berkata : Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan kawin untuk selamanya.
Kemudian datang Nabi saw. Bertanya kepada mereka : kalian telah berkata begini, begitu : Ingatlah demi Allah akulah yang lebih takut kepada Allah daripada kalian, dan lebih taqwa kepada Allah, tetapi aku puasa dan berbuka (tidak puasa). Salat malam dan tidur, dan kawin dengan wanita, maka siapa tidak suka kepada sunnahku, bukan dari ummatku.
(Bukhari, Muslim).
Perkawinan yang dinyatakan sebagai sunnatullah ini merupakan kebutuhan yang diminati oleh setiap naluri manusia dan dianggap oleh Islam sebagai ikatan yang sangat kokoh atau mitsaqon ghalizhan . karena itu perkawinan hendaknya dianggap sakral dan dimaksudkan untuk membina rumah tangga bahagia yang abadi selamanya.
Adapun tujuan perkawinan itu adalah untuk memperoleh ketenangan hidup, menjaga kehormatan diri dan pandangan mata, dan untuk mendapatkan keturunan. Maka dari itu Rasulullah menyunahkan nikah untuk umatnya.
Larangan Nikah Muth’ah (LM 889)
حديث على بن ابى طالب رضىالله عنه , ان رسول الله صلىالله عليه وسلم , نهى عن متعة النساء يوم خيبر, وعن اكل الحمر الانسية. اخرجه البخارى في :64 -كتاب المغازى :38 - باب غزوة خيبر
889. Ali bin Abi Thalib r.a berkata : Rasulullah saw. Telah melarang nikah muth’ah (kawin untuk sementara waktu) pada waktu perang khaibar, dan juga melarang makan daging himar peliharaan. (Bukhari, Muslim).
Al-Khathabi berkata : tentang haramnya nikah muth’ah sudah menjdi ijma’, kecuali dari sebagian kaum syiah dan tidak dapat dibenarkan atas pernyataan mereka bahwa dalam perselisihan pendapat tentang masalah ini mereka berpedoman dan kembali kepada pendapat ali dimana ali dengan tegas menyatakan secara sah, bahwa nikah muth’ah telah di nasikh hukumnya.
Pernikahan dalam islam adalah suatu ikatan dan perjanjian yang teguh yang ditegakkan diatas landasan niat untuk bergaul antara suami – isteri dengan abadi, supaya dapat memetik buah kejiwaan yang telah digariskan Allah dalam Al-Qur’an, yaitu ketenteraman, kecintaan dan kasih sayang. Sedang tujuannya yang bersifat duniawi yaitu demi berkembangnya keturunan dan kelangsungan jenis manusia. Seperti yang diterangkan Allah dalam Al-Qur’an :
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ (72)
72. Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"
(An-nahl : 72)
Adapun nikah muth’ah adalah ikatan seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam batas waktu tertentu dengan upah tertentu pula. Oleh karena itu tidak mungkin pernikahan semacam ini dapat menghasilkan arti yang kami sebutkan di atas.
Nikah muth’ah pernah diperkenankan oleh Rasulullah saw sebelum stabilnya syari’at islamiyah, yaitu diperkenankannya ketika dalam bepergian dan peperangan, kemudian diharamkannya untuk selama-lamanya.
Rahasia dibolehkannya nikah muth’ah waktu itu, ialah karena masyarakat islam waktu itu masih dalam suatu perjalanan yang kita istilahkan dengan masa transisi, masa peralihan dari jahiliyah kepada islam. sedang perzinahan dimasa jahiliyah merupakan satu hal yang biasa tersebar di mana-mana. Maka setelah islam datang dan menyerukan kepada pengikutnya untuk pergi berperang, dan jauhnya mereka dari isteri merupakan suatu penderitaan yang cukup berat. Sebahagian mereka ada yang imannya kuat dan ada pula yang lemah. Yang imannya lemah akan mudah berbuat zina sebagai suatu perbuatan yang keji dan cara yang tidak baik. Sedang bagi mereka yang kuat imannya berkeinginan untuk mengimpotenkan kemaluannya.
Memilih Calon Isteri
997-و عن ابى هريرة رضى الله تعالى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال (( تنكح المرا ة لاربع : لما لها, و لحسبها, و لجمالها ولدينها, فا ظفر بذات الدين تريت يداك. متفق عليه مع بقية السبعة
997. Dari Abu Hurairah ra. Dari NAbi SAW beliaau bersabda : Seorang wanita dikawin karena empat : harta, keturunan, kecantikan, dank arena agamanya. Kawinlah wanita yang konsekuen terhadap agama, engkau akan berbahagia. Muttafaq alai dan lima iman.
Isteri merupakan teman hidup suami, tempat pelipur gundah gulana, persemaian keturunan, pengasuh dan pendidik utama anak-anak, serta pengurus rumah tangga. Oleh karena fungsinya yang demikian luhur dan kompleks, maka sudah semestinya kalau dalam memilih calon isteri harus diperhatikan beberapa syarat sebagaimana dituntunkan Rasulullah saw sebagai berikut:
a. Dari segi harta benda
b. Dari segi bangsa atau keturunan (factor bibit)
c. Dari segi kecantikannya
d. Dari segi agama
e. Dari segi keshalihan dan budi pekertinya
“Dikawininya perempuan itu karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena bangsa atau keturunanya, karena kecantikannya dan karena agamanya.Maka carilah yang (kuat dalam) beragama, engkau akan bahagia”.
(H.R. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah r.a.).
Juga hadis rasul saw yang artinya:
“Diantara kebahagiaan anak adam itu ada tiga, dan diantara kemalangannya juga ada tiga. Adapun ketiga kebahagiaan tersebut ialah isteri yang shalehah, tempat kediaman yang baik dan kendaraan yang baik, sedangkan tiga kemalangan tersebut adalah isteri yang jelek, tempat kediaman yang jelek dan kendaraan yang jelek
(H.R. Ahmad)
Orang tua mencarikan suami untuk anaknya.
حديث عا ئشة رضى الله عنه, قالت : تزوجنى النبى صلى الله عليه و سلم , و انا بنت ست سنين, فقدمنا المدينة , فنزلنا فى بنى الحرث بن خزرج, فوعكت فتمرق شعرى , فوفى جميمة , فاتتنى امى, ام رومان, وانى لفى ارجوحة, و معى صواحب لى, فصرخت بى فاتيتها لا ادرى ما تريدبى : فاخذت بيدى حتى او قفتنى على باب الدار, وانى لانهج حتى سكن بعض نفسى , ثم اخذت شيئا من ماء فمسحت به وجهى وراسى, ثم ادخلتنى الدر, فاذا نسوة من الانصارفى البيت , فقلن على الخير والبركة : وعلى خير طا ئر : فا سلمتنى اليهن, فاصلحن من شانى, فلم يرعنى الا رسوالله صلىالله عليه و سلم ضحى, فاسلمتنى اليه و انا يومئذ بنت تسع سنين . اخرجه البخرى فى :63 - كتاب مناقب النصار : 44- باب ترريج النبى صل الله عليه و سلم عا ئشةز
897. A’isyah ra berkata : Aku dikawin oleh Nabi saw dalam usia enam tahun, maka kami berangkat ke madinah, tinggal di Banil haris dari suku Khazraj, kemudian aku sakit panas sehingga rontok rambutku dan tinggal jummah (rambut yang sampai bahu), dan ketika aku sedang bermain ayunan bersama kawan-kawanku, ibuku Um Ruman menjerit memanggil aku, maka segera aku lari kepadanya, lalu dipegang tanganku sehingga nafasku masih sengal-sengal. Sampai tenang, kemudian ibuku mengusap wajah dan kepalaku lalu aku dibawa masuk rumah, tiba-tiba di rumah banyak wanita Anshar, dan mereka memberi selamat kepadaku : Alal-khair walbarakah, wa ala khairi tha’ir (selamat baik dan berkat) lalu ibu menyerahkan aku kepada mereka, lalu mereka menghiasku dan aku tidak sangka tiba-tiba Rasulullah masuk kepadaku di waktu dhuha, lalu mereka serahkan aku kepada nabi saw. di saat itu aku berusia Sembilan tahun. (Bukhari, Muslim)
Tidak hanya terhadap laki-laki, agama islam juga memberikan arahan terhadap wanita dalam menjathkan pilihan terhadap calon suami. Islam memberikan hak kepada wanita untuk memilih calon pasangan hidupnya. Orang tua tidak boleh memaksa putrinya untuk menikah dengan pria yang tidak disenanginya. Meskipun demikian, seorang wanita muslimah hendaknya meminta pendapat dan meminta petunjuk kepada orangtuanya dalam masalah ini karena bagaimanapun orangtua lebih banyak memakan asam garam kehidupan tetapi dalam masalah memilih calon suami hendaklah tidak memaksakan anak perempuan untuk kawin dengan orang yang tidak disukainya. Di ceritakan dari khansa binti khizam katanya:
Ayah ku mengawinkan ku dengan putra saudaranya(keponakannya) padahal aku tidak menyukainya. Setelah aku adakan kepada Rasulullah saw, maka beliau bertutur:sudah lah terima saja pilihan orang tuamu itu “. Aku berkata : “ tetapi aku tidak menyukainya “ maka Rasulullah saw berujar “ kalau begitu pulanglah. Jangan lenjutkan perkawinanmu. Nikahlah engkau drngan pria yang engkau sukai “. Sesampainya di rumah aku akhirnya rela terhadap keputusan ayahku itu, hanya saj aku ingin mengajar umat manusia setelah kejadian ini baha tidak ada hka paksa bagi orang tua untuk menikahkan putrinya. (H.R Bukhari)
Mahar
حديث سهل بن سعد الساعدى. ان امراة جاءت رسول الله صلى الله عليه و سلم, فقالت : يارسول الله ! جئت لاهب لك نفسى. فنظر اليها رسول الله صلىالله عليه و سلم , فصعد النظر اليها و صوبه, ثم طا طا راسه : فلما رات المراة انه لم يقض فيها شيئا جلست . فقام رجل من اصحا به : فقال : يا رسول الله : ان لم يكن لك بها حاجة فزوجنها. فقال : (( هل عندك من شيء ؟ )) فقال :لا, والله يا رسول الله. قال : (( اذهب الى اهلك فانظر هل تجد شيئا )) فذهب ثم رجع : فقال : لا, و الله يا رسول الله, ما وجدت شيئا. قال : (( انظر ولوخاتما من حديد )) فذهب ثم رجع. فقال : لا, والله يارسول الله, ولا خاتما من حديد, ولكن هذا ازارى ( قال سهل ماله رداء) فلها نصفه . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( ما تصنع بازارك ؟ ان لبسته لم يكن عليها منه شيء, و ان لبسته لم يكن عليك شيء )) فجلس الرجل حتي طال مجلسه. ثم قام, فراه رسول الله صلى الله عليه و سلم موليا فامر به فدعى, فلما جاء, قال : (( ماذا معك من القران ؟ )) قال : معى سورة كذا و سورة كذا و سورة كذا ؟ عدها, قال : (( اتقرؤ هن عن ظهر قلبك ؟ )) قال : نعم ! قال : (( اذهب فقد ملكتكها بما معك من القران )). اخرجه البخارى : - كتاب فضائل القران : - باب القراءة عن ظهر قلب .
Sahl bin sa’ad Assa’idi ra berkata : seorang wanita dating kepada nabi saw dan berkata : Aku datanng untuk menyerahkan diriku kepadamu , maka nabi melihat wanita itu sepuasnya kemudian menundukkan kepalanya. Ketika wanita itu merasa bahwa nabi tidak berhajat padanya, maka ia duduk, kemudian seorang sahabat berdiri dan berkata : Ya Rasulullah , jika engkau tidak berhajat padanya maka kawinkanlah kepadaku. Nabi saw Tanya kepadanya : Apakah anda mempunyai apa-apa? Jawabnya : Tidak, demi Allah ya Rasulullah. Nabi saw bersabda kepadanya : pelanglah kerumahmu cari apa-apa (cari untuk mahar), maka ia kembali dari rumahnya dan berkata : Demi Allah tidak ada apa-apa ya Rasulullah. Nabi saw. bersabda : carilah meskipun cincin besi. Maka pulanglah ia dan kembali berkata : Demi Allah tidak ada apa-apa ya Rasulullah meskipun cincin besi, tetapi saya mempunyai ini sarung, separuh untuknya. Nabi saw bertanya : Apakah yang akan anda lakukan terhadap kain itu, jika anda pakai dia tidak dapat memakai, dan jika ia memakai anda pun tidak memakai apa-apa. Maka lama juga orang itu duduk, kemudian bangun, dan ketika dilihat oleh Nabi saw. dia akan pergi dipanggil kembali dan ditanya : Apa yang anda hafal dari Al-Qur’an? Jawabnya : Aku hafal surat ini an itu. Beberapa surat yang disebutnya. Ditanya oleh Nabi saw ; Apakah benar-benar anda hafal? Jawabnya : ya, lalu Nabi saw. bersabda : bawa;lah wanita itu maka aku telah mengawinkan anda dengan mahar apa yang anda hafal dari Al-Qur’an. (Bukhari, Muslim)
Di lain riwayat : Maka ajarkan kepadanya apa yang anda ketahui dari Al-Qu’an itu.
1 Arti “mahar”
Dalam istilah ahli fuqih di samping perkataan “mahar”juga dipakai perkataan shadaq, nihlah,dan fhridhah. Atau dalam bahasa Indonesia dipakai kata maskawin.
Menruut divinisi islam, mahar adalah: pemberian wajib yang di berikan dan dinyatakan oleh calon suami kepada calon istri di dalam shigat aqad nikah yang merupakan tanda prsetujuan dan kerelaan dari mereka untuk hidup sebagai suami isteri
2. Dasar Hukum Mahar
Dalil yang mewajibkan pihak suami memberikan mahar kepada pihak isteri dinyatakan oleh Allah dalam sebuah firmannya yang tercantum dalam surat an-Nisa’ayat 4:
وَآَتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا (4)
“berikanlah maskawin kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian yang wajib.
Dan firman Allah juga di dalam surat an-Nisa ayat 25:
وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ مِنْكُمْ طَوْلًا أَنْ يَنْكِحَ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ فَمِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ فَتَيَاتِكُمُ الْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِكُمْ بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَانْكِحُوهُنَّ بِإِذْنِ أَهْلِهِنَّ وَآَتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ مُحْصَنَاتٍ غَيْرَ مُسَافِحَاتٍ وَلَا مُتَّخِذَاتِ أَخْدَانٍ فَإِذَا أُحْصِنَّ فَإِنْ أَتَيْنَ بِفَاحِشَةٍ فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَا عَلَى الْمُحْصَنَاتِ مِنَ الْعَذَابِ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ الْعَنَتَ مِنْكُمْ وَأَنْ تَصْبِرُوا خَيْرٌ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (25
“…karena itu kawinilah mereka dengan seijin keluarga(tuannya) dan berikanlah maskawinnya menurut yang patut…”.
Meskipun diwajibkannya mahar itu tapi syariat islam menuntunkan agar dibuat ringan ,tidak memberatkan bagi pihak putra. Sebab bila nilai mahar menjadi mahal akan mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak. Rasulullah bersabda:
“kemujuran seorang wanita terletak pada ringannya maskawin, mudahnya perkawinan (tidak dipersulit) serta luhurnya budi pekerti. Sedang kesialannya terletak pada tinggi maskawin, serta rendahnya akhlak budi pekerti
Mahar atau maskawin tidaklah selamanya musti harus berujud materi. Ia dapat berupa jasa atau manfaat yang bisa dirasakan oleh isteri.
Wali (BM. 1010)
و عن عائشة قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " ايما امراة نكحت بغير اذن و ليهما فنكاحها باطل , فان دخل بها فلها المهربها استحل من فرجها , فان اشتجروا فا لسلطان و لى من لا ولى له " اخرجه الاربعة الا النسا ئى, و صححه ابو عوانة, وابن حبان و الحاكم
Dari aisyah dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : perempuan yang kawin tanpa ijin wali nikahnya batal. Apabila telah bersenggama ia berhak menerima mas kawin lantaran dia mau dikumpuli. Bila bercekcok penguasa sebagai wali wanita yang tidak punya wali. Riwayat Imam empat kecuali Nasai. Hadis shahih menurut abu Awanah, Ibnu Hibban, dan Hakim.
Yang di maksud dengan wali secara etimologis ialah seorang yang dalam perantaranya urusan seseorang dapat dilaksanakan oleh lainnya sebagai pengganti dari padanya.dalam agama islam masalah wali memgang peranan yang sangat penting bagi sahnya suatu perkawinan. Hal ini ditunjukan oleh suatu hadis sebagai berikut:
Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:’siapapun diantara wanita yamg menikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batal,nikahnya batal, nikahnya batal. Jika suaminya telah menggaulinya, maka ia berhak atas maharnya, karena ia telah menghalalkan kehormatannya, maka hakimlah yang bertindak sebagai wali bagi seseorang yang tidak ada walinya (H.R. Ahma, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi).
1. Dasar Hukumnya
Dasarnya adalah hadis Rasulullah saw
“Dari ibnu abbas r.a., bahwasanya Rasulullah saw bersabda:”Orang yang tidak mempunyai jodoh itu lbih berhak atas (prkawinan)dirinya daripada walinya, dan gadis itu dimintakan perintahnya (untuk mengawinkannya) kepada dia, dan tanda izinnya adalah diamnya (H.R. Bukhari Muslim)
2. Syarat-syarat Wali
Dalam masalah perkawinan agama islam menentukan beberapa syarat bagi sesorang yang memerankan diri sebagai wali, yaitu:
a. Islam
b. Baligh atau dewasa
c. Berakal sehat
d. Merdeka
e. Laki-laki
BAB III
PENUTUP
• Kesimpulan
Nikah itu merupakan sunnah rasulullah yang semestinya dilaksanakan bagi umat islam, dan bagi yang tidak mampu hendaklah berpuasa.
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam hal pernikahan, diantaranya mahar,wali,dll.
Kita dianjurkan untuk memilih pasangan itu dengan empat kriteria menurut rasulullah saw :
Cantik
Kaya
Keturunan baik-baik
Beragama
Nikah Muth’ah dilarang pada zaman sekarang, meskipun dahulu pernah di bolehkan oleh rasulullah saw.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtar, Kamal. 1974 . Asas-Asas Hukum Tentang Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang
Junaidi, Dedi. 2001. Bimbingan Perkawinan. Jakarta: Akademika Pressindo
Imran,dkk. 1984. Terjemahan Nailul Autor. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Hamidi, Muamal. 1980. Halal dan Haram. Singapura: himpunan Belia Islam
Kamis, 30 Desember 2010
Makalah Hadits Tentang Nikah Oleh Kel.6: Didi H, Najar, Benny Irawan, Mifti Mufidah & Fahmi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Slot Machines Casinos and Games - Mapyro
BalasHapusSlot Machines Casinos and Games. Mapyro provides free 속초 출장샵 and realtime 제주 출장안마 casino 양산 출장안마 gaming information and real-time slot machine Mapysro, Casinos and Games 삼척 출장마사지 Mapysro. 영주 출장안마