BAB I
PENDAHULUAN
Kedudukan Hadits Nabi saw sebagai dasar hukum kedua dalam hukum syari’at islam. Hadits merupakan penjelasan dan penerangan Nabi saw, ada kalanya digambarkan dalam perbuatan Beliau, ada kalanya diutarakan dalam sabda-sabdanya dan terkadang dalam berbentuk pengakuan Beliau terhadap sahabat-sahabatnya. Semua ini di istilahkan dengan hadits Nabi saw.
Firman Allah swt dalam surah An-Najm ayat 3-4:
Tiadalah ia berkata-kata menurutkan hawa nafsu, hanya semata-mata wahyu yang diwahyukan Allah kepadanya.
Makalah kami ini membahas tentang Iman, Islam dan Ihsan yang mana iman itu artinya kita percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, dan bertemu denganNya, percaya kepada utusan-utusannya, dan percaya dengan hari kebangkitan. Islam itu kita menyembah hanya kepada Allah swt tidak mensekutukanNya. Sedangkan Ihsana itu kita menyembah Allah seolah-olah kita melihatnya, jika kita tidak melihatNya maha suci Allah dan Maha Tinggi sesungguhnya Allah melihat kita
BAB II
IMAN, ISLAM DAN IHSAN
A. Pengertian Iman, Islam dan Ihsan
Thalhah bin Ubaidillah r.a berkata: Seorang dari Nejed datang kepada Nabi saw. Sedang ia terurai rambutnya, lalu ia mendekati Nabi saw. Dapat didengar dengung suaranya tetapi tidak dapat dimengerti apa yang ditanyakannya, tiba-tiba ia bertanya tentang Islam, maka Rasulullah saw bersabda: Lima kali sembahyang dalam sehari semalam. Ia bertanya: Apakah ada kewajibanku selain itu? Jawab Nabi saw: Tidak, kecuali anda sembahyang sunnat. Lalu Nabi bersabda: Dan puasa pada bulan Ramadhan. Orang itu bertanya: Apakah ada lagi puasa yang wajib atasku selain itu? Jawab Nabi saw: Tidak, kecuali jika anda puasa sunnat. Lalu Nabi saw menerangkan kewajiban zakat. Maka ia bertanya: Apakah ada kewajiban selain itu? Jawab Nabi saw: Tidak, kecuali anda bersedekah sunnat. Maka pergilah orang itu, sambil berkata: Demi allah saya tidak akan melebihi atau mengurangi dari itu. Rasulullah saw bersabda: Sungguh bahagia ia jika benar-benar.(Bukhari, Muslim).
a. Iman
Iman, pertama-tama iman kepada Allah swt yang hanya kepadaNya, seseorang boleh menggantungkan diri dalam segala hal, tidak takut kepada selainNya, mengamalkan kitabNya dan berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala itu bersifat dengan segala sifat kesempurnaan.
b. Islam
Islam, yakni seluruh amal-amal shalih yang zhahir dengan arti mentaati perintah-perintah Allah yang diperaktekkan dalam amal perbuatan, dan menjauhi segala larangannya. Islam adalah ketundukan dzahir seseorang yang mana iman itu adalah akidah yang menetap didalam hati seseorang.
c. Ihsan
Ihsan adalah ikhlas beramal karena Allah semata. Orang yang riya’ dalam beramal, berarti ia menganiaya dirinya sendiri karena amalnya itu bukan mendapatkan pahala malah akan mendapatkan dosa. Seseorang harus berkeyakinan bahwa Allah selalu melihat dan mengawasinya, sehingga hal itu akan mempengaruhi peribadatannya kepada Allah swt.
B. Cabang-cabang Iman
Abuhurairah r.a. berkata: Nabi saw. Bersabda: Iman itu enam puluh lebih cabangnya, dan sifat malu itu salah satu cabang dari iman.(Bukhari,Muslim). Muslim meriwayatkan: Tujuh puluh lima cabang, yang utama kalimat La ilaha illallah dan yang terendah menghalaukan gangguan dijalanan.
Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi saw. Melihat seorang yang menasihati saudaranya karena malu, maka Nabi saw. Bersabda: Biarkanlah ia, karena sesungguhnya malu itu daripada iman.(Bukhari,Muslim).
Imran bin Hushain r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Malu itu tiada mendatangkan sesuatu kecuali baik.(Bukhari,Muslim).
Banyak sekali cabang dari iman itu, salah satunya sifat malu, jadi apabila kita mempunyai sifat malu berarti kita telah beriman, dan malu itu selalu mendatangkan sesuatu yang baik.
C. Berkurangnya Iman karena Maksiat dan terlepasnya ketika melakukan Maksiat
Abuhurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman. Dan tidak akan minum khamar, di waktu minum ia sedang beriman. Dan tidak akan mencuri jka ia sedang beriman. Di lain riwayat: Dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata kepadanya, ketika merampas jika ia sedang beriman. (Bukhari,Muslim).
BAB III
KESIMPULAN
Sungguh telah pada diri Rasulullah itu contoh tauladan yang utama dan baik, bagi orang yang mengharap karunia Allah dan bahagia dihari kemudian, dan banyak dzikir pada Allah. (Al-Ahzab 21). Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa Nabi Muhammad saw. dijadikan contoh tauladan yang baik dan utama bagi orang yang beriman dan mengharap rahmat karunia Allah.
Dan semua yang diajarkan kepadamu oleh Muhammad, maka harus kamu terima, dan apa yang melarang kamu daripadanya maka hentikanlah, dan bertaqwalah kepada Allah dalam melaksanakan perintah Allah.(Al-Hasyr 7). Ayat ini tegas mewajibkan pada tiap mu’min supaya menerima dan melaksanakan semua ajaran Rasulullah saw. tanpa kecuali, karena jaminan kebenaran kebaikan ajaran Rasulullah itu tidak dapat diragukan, sebab Allah sendiri yang menjamin.
Berdasarkan semua ayat-ayat tersebut ini semoga kita dan saudara kaum muslimin menyadari benar-benar kewajiban taat menurut pada ajaran tuntunan dan amal perbuatan Nabi saw.
Demikianlah hasil makalah kami tentang “pengertian Iman, Islam dan Ihasan yang sebenarnya dan asli dalam tanggalan sahabat-sahabat Nabi saw dan harus demikianlah selamanya. Semoga kita dapat mengikuti jejak sahabat Nabi saw. Amiin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Imarah, Musthafa Muhammad, Terjemah Jawahirul Bukhari, Rajamurah Alqonaah, Semarang, 1979.
Baqi, Muhammad Fuad ‘Abdul, Al-lu’lu’ wal marjan, terjemahan H.Salim Bahreisy, pt.bina ilmu, Surabaya, 1996.
Read More...
Makalah Hadits Kelompok 1:Halimatul Kiftiah, Helda Rusmina, Hesti Wardita
Langganan:
Postingan (Atom)